Home » » No GOLPUT

No GOLPUT

Written By tonitok on Rabu | 14:14


Tulisan ini untuk muslim yang CERDAS tapi yang mau GOLPUT (Baca ya, siapa tahu mau ikutan COTRENG setelah baca ini)


Bismillahirrohmanirrahiim.
Berita ini sepertinya bukan bas-basi karena ada di sumber yang bisa dilacak.

Selamat membaca:

INDONESIA Catholics Urged To Participate In Election As VoterRegistration Deadline Nears.

Source Link


JAKARTA (UCAN) -- With the deadline for voter registration approaching, Jakarta archdiocese has issued a letter urging Catholics to participate in the upcoming general election.

The 2009 general election is near. Participating in this general election is our right and responsibility as citizens and our calling as the faithful," says the letter signed by Vicar General Father Yohanes Subagyo, highest archdiocesan official after the archbishop.

The archdiocese directed its 60 parishes to read out the letter, "Motivating Jakarta Archdiocese's Catholics to participate in the 2009 General Election," at weekend Masses on Sept. 13 and 14, and on Sept. 20 and 21. This is the first such letter the local Church has issued.

Sept. 26 is the last day eligible citizens can register to vote in the April 9, 2009, general election, for which the General Election Commission has approved 38 political parties, some of them religion-based. It also designated a nine-month campaign period that began on July 8.

"If we exercise our right to vote in this general election, we too will determine eligible leaders we can trust to govern for the next five years," the Church statement says. "But if we do not vote, we give an opportunity to certain parties we might not side with to take care of this state."

Church people say they fear activists from Islamist parties will try to prevent non-Muslim voters from casting ballots.

The letter informs Catholics they can register by sending a text message to a number provided by the local general election commission. It also tells them they can check if their names are on the voters' list by looking at their neighborhood community announcement board or checking with the local registration authority.

Parish priests and other Catholics who spoke with UCA News say they welcome the letter.
Father Kaitanus Saleky of Christ the Savior Church in Slipi, West Jakarta, said he had the letter read out in his church during Masses on the set days, and also would have it read out at neighborhood prayer meetings.

"I will keep telling my parishioners about this in my homilies. I am also planning to organize a seminar to inform parishioners about eligible candidates," the Immaculate Heart of Mary priest said. He suggested that Catholics get as much information as possible about all election candidates.

Father Petrus Mujiono from St. Stephen Church in Cilandak, South Jakarta, said he had the letter posted on his parish's website and announcement board, and in its bulletin.

The Sacred Heart priest asserted that "Catholics are obliged to choose candidates who truly fight for the common good." He added, "They should choose according to their conscience and never let candidates' promises influence them."

Natalis Situmorang, chairperson of Pemuda Katolik (Catholic youth), agreed. He pointed out that if Catholics do not vote, the Prosperous Justice Party might come to power in the Jakarta area. He acknowledged the party includes people who are not Muslims but said "many of its members support Shari'a (Islamic law)."

The organization plans a national meeting in mid-November to educate young Catholics on political matters. For this, he said, "we will work together with Catholic organizations such as Catholic Union of University Students of the Republic of Indonesia (PMKRI), Indonesian Catholic Society Forum, Catholic Solidarity for Democracy in Indonesia and Catholic Women of the Republic of Indonesia. Indonesian citizens are eligible to vote from the age of 17.

PMKRI chairperson Tommy Jematu asserted, "It is we who choose the leaders of this nation, leaders who should be committed to developing society." He too suggested the archdiocese inform Catholics about all candidates in the general election.

Meanwhile, Chris Siner Key Timu, a Catholic politician, told UCA News on Sept. 18 that while he welcomes the Church's letter, "it is the right of each Catholic to vote or not to vote."


Sumber: http://www.ucanews.com/2008/09/22/catholics-urged-to-participate-in-election-as-voter-registration-deadline-nears/
Nah, tulisan ini ditranslate sama

http://noorahmat.multiply.com/journal/item/73/Urgent_Seruan_Vatikan_untuk_Indonesia
Bahasanya menajdi begini:


Terjemahan
"Jika kita menggunakan hak pilih kita dengan baik dalam pemilihan umum ini, kita akan turut dalam menentukan pemimpin yang layak dipilih dan kita percayai untuk memerintah dalam lima tahun kedepan," Juru Bicara Gereja menyampaikan pula, "Namun bila kita tidak memilih, kita memberikan peluang kepada beberapa partai yang sangat tidak kita inginkan untuk berkuasa di negeri ini"
Kalangan gereja menyampaikan kekhawatiran mereka terhadap aktifis yang berada pada beberapa partai Islam yang akan menghalangi non-muslim menggunakan hak pilihnya.

Terjemahan

Pemimpin Gereja Hati Bunda Kudus menyampaikan, "Saya akan terus menyampaikan hal ini kepada seluruh jamaat saya di dalam seminari saya. Saya juga merencanakan untuk menyelenggarakan sebuah seminar untuk membantu memberitahu jamaat saya mengenai keberpihakan beberapa kandidat terhadap kepentingan gereja". Dia menyarankan agar umat katolik mengumpulkan sebanyak mungkin informasi mengenai seluruh calon anggota legislatif yang akan bertarung.

Romo Petrus Mujiono dari Gereka Santo Stephen, Cilandak, Jakarta Selatan, menyampaikan bahwa dia telah menyebarkan surat pemberitahuan melalui website jemaat dan papan pengumuman serta buletin-buletin internal.

Pendeta dari Gereja Hati Suci menyampaikan bahwa "Umat katolik diwajibkan untuk memilih kandidat yang benar-benar memperjuangkan nilai-nilai kebaikan," Kemudian dia menambahkan, "Mereka harus memilih berdasarkan apa yang sudah diketahuinya, dan jangan sekalipun terpengaruh oleh janji-janji politik mereka."


Terjemahan

Selaras dengan pernyataan pihak gereja, Natalis Situmorang, ketua Pemuda Katolik, kembali menegaskan bahwa jika ummat katolik tidak menggunakan hak pilih yang dimilikinya, Partai Keadilan Sejahtera mungkin akan lebih menguasai Jakarta. Dia mengakui bahwa Partai ini sudah heteroggen termasuk didalamnya terdapat non-muslim, namun dia kembali menegaskan "Sebagian besar dari anggotanya mendukung dan memperjuangkan Syariat Islam".

Dari tulisan dan terjemahan diatas terlihat bahwa identifikasi kalangan gereja katolik dan aktivisnya cukup dalam. Mereka tidak terpengaruh oleh rumor dan janji-janji yang berseliweran melaluin media massa atau media Partai. Namun mereka mencari tahu dan menggali informasi sedalam-dalamnya mengenai Partai Peserta Pemilu dan calon Legislator yang diusungnya.

Kecerdasan mereka dalam mengidentifikasi masalah dan terbebas dari rumor ini yang akhirnya mengakselerasi terbitnya Fatwa MUI terkait Pemanfaatan Hak Pilih dalam Pemilihan Umum mendatang.

Karena baik itu MUI ataupun kita semua ummat Islam tentunya tidak menginginkan negeri ini dipimpin oleh orang-orang musyrik, munafiq, fasiq dan dzhalim. Kenyataan di negeri ini, jumlah voters yang tidak menggunakn hak pilihnya tidak diperhitungkan dalam proses legitimasi pemenang Pemilu. GOLPUT hanya memiliki kekuatan normatif, namun tidak memiliki kekuatan yuridis ataupun kekuatan strategis lainnya yang memungkinkan terjadinya penggulingan terhadap posisi penguasa terpilih.

Di negeri ini, GOLPUT hanya menempati posisi Powerless Community, meskipun secara kuantitas melebihi prosentase yang diraih pemenang Pemilu. Dikatakan Powerless, karena keberadaannya tidak diakui oleh instrumen hukum di Indonesia.

Jika dibandingkan dengan Fatwa MUI yang dikeluarkan pada Akhir Januari, maka bila dibandingkan keluarnya "Fatwa Vatikan dan Gereja Katolik" medio September 2008, maka nampak kematangan perencanaan dan ketajaman intuisi yang dimiliki oleh kalangan gereja, sehingga menempatkan Fatwa MUI hanyalah sebagai Fatwa Reaktif [yang muncul karena adanya suatu aktivitas yang tidak diinginkan] bukan Fatwa Solutif [yang muncul karena adanya permasalahan yang memiliki prioritas untuk dipecahkan]

Sebagai Muslim sudah selayaknya memiliki kemampuan dan kekuatan untuk bertarung di berbagai jenis medan pertempuran. Bila terkait penyelamatan ummat, maka setiap muslim sejatinya Pantang menolak tantangan dari pihak lawan untuk bertarung di medan pertempuran yang beragam jenisnya. Karenanya skil individu dan jama'ah sangatlah diharapkan kesiapan dan kesigapannya dalam pertarungan duniawi ini, tiada lain untuk izzul Islam wal Muslimiin.


NB:
Bacanya dengan hati yang tenang ya...!

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PKS BANJARSARI GAJAH DEMAK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger